Selasa, 24 September 2013

KATA PENGANTAR
                                                               
Rusa (cervus timoensis) merupakan satwa liar yang memiliki nilai ekonomis karena dapat menghasilkan daging, kulit dan velvet (tanduk muda). Populasi rusa di alam mengalami penurunan karena perburuan liar dan rusaknya habitat. Untuk menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan perlu dilakukan penangkaran. Penangkaran rusa dapat dilakukan dalam skala kecil dengan menggunakan beberapa model kandang, seperti lahan kambing untuk masyarakat yang lahannya terbatas.  
Untuk penangkaran skala besar dapat dilakukan dengan sistem ranch, yaitu rusa dilepas pada areal terbuka yang sekelilingnya dipagari. Sistem ranch luas minimalnya 1 ha dengan jumlah rusa sebanyak 10 individu. Penangkaran rusa mempunyai prospek yang sangat bagus karena  rusa mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang lebih baik dibanding ruminansia lainnya. Dalam pembangunan penangkaran perlu diperhatikan beberapa komponen seperti kandang, pakan, air dan naungan dengan penataan yang baik. 
Brosur ini berisi potensi penangkaran rusa di Kabupaten Seruyan  yang diharapkan mampu sebagai pedoman bagi penyuluh dan petani di lapangan.

Kuala Pembuang,   Agustus 2011


HALIMATUSSAADIYAH.,SPT


A. PENDAHULUAN

Rusa (Cervus temorensis) di Indonesia memiliki peluang untuk dibudidayakan terdiri dari beberapa jenis yaitu cervus timorensis yang terdiri dari delapan sub species dan Cervus unicolor terdiri dari dari dua sub species serta axis-axis (rusa totol), yaitu jenis rusa yang berasal dari luar Indonesia tepatnya dari India dan sekarang berkembang biak diIstana Bogor.
 
Satwa rusa dapat dijadikan alternatif dalam peningkatan pendapatan khususnya masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan penangkaran atau budidaya, karena produk yang dihasilkan rusa semuanya memiliki nilai ekonomi dan pasar bagi produk yang dihasilkan juga tersedia. Rusa mempunyai nilai estetika karena tanduknya bercabang sehingga dapat dijadikan satwa peliharaan untuk kesenangan dan sebagai satwa pajangan dalam taman terutama rusa totol.

Status rusa di Indonesia hingga saat ini masih merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang. Hal ini disebabkan karena populasi rusa di alam semakin menurun sebagai akibat adanya perburuan liar untuk berbagai kepentingan, karena selama ini pemenuhan kebutuhan satwa termasuk rusa masih dilakukan dengan cara menangkapnya dari alam. Selain itu disebabkan oleh rusaknya habitat karena eksploitasi hutan yang berlebihan. Dalam rangka menyelamatkan populasi rusa dari kepunahan perlu dilakukan usaha penangkaran dengan tujuan untuk memanfaatkan secara lestari baik sebagai satwa konsumsi, obyek wisata maupun satwa percobaan.
B. MODEL PENANGKARAN

            Hal teknis utama yang perlu diperhatikan dalam membangun penangkaran rusa adalah pemilihan lokasi. Lingkungan penangkaran sebaiknya tenang, aman dari serangan predator, dan mudah dijangkau. Lokasi penangkaran sebaiknya tersedia air sepanjang tahun, untuk mencegah rusa mengalami setress terutama apabila rusa tersebut masih tergolong liar. Lokasi juga sebaiknya mempunyai kondisi permukaan tanah yang tidak berbatu dengan topografi rata sampai bergelombang ringan, serta tersedia pohon/semak peneduh atau tempat berteduh buatan. Lebih baik lagi jika disekitarnya terdapat lapangan rumput atau terdapat areal sumber pakannya. 

C. KANDANG

            Kandang merupakan sarana yang penting untuk penangkaran rusa.  Kandang berfungsi sebagai tempat beristirahat (tidur) berlindung dari gangguan binatang buas dan hujan serta sebagai tempat umbaran Selain itu kandang juga dapat mempermudah pengawasan kesehatan ternak terutama untuk melakukan vaksinasi secara teratur.

Model kandang penangkaran yang digunakan antara lain dapat berupa:

1.    Kandang biasa

Penangkaran rusa dapat menggunakan beberapa model kandang biasa. Bila lahan terbatas digunakan kandang model panggung, ukuran kandang untuk satu individu 1,5 m x 2 m x 2,5 m, untuk satu pasang dikalikan dua.  Dinding dan lantai dapat menggunakan bahan dari bambu dan atap alang-alang (Gambar 2). Sistem pemeliharaan dengan model kandang panggung digunakan untuk penangkaran atau budidaya skala kecil 

2.    Kandang Permanen

Dinding menggunakan batako atau bata dengan tinggi 1,5 m yang diatasnya dipasang kawat harmoni dan kawat duri setinggi 1,5 m serta lantai dibiarkan berupa tanah urug. Luasan total kandang disesuaikan dengan luas lahan, biasanya di bawah 1 ha, dan dapat digunakan untuk rusa dengan jumlah maksimal 10 ekor.


3.    Padang umbaran (Ranch)
           
Jika lahan, dana dan tenaga memungkinkan penangkaran dapat menggunakan sistem ranch (Gambar 3), yaitu rusa dilepas dalam areal terbuka yang disekelilingnya dipagari, luas areal tergantung ketersediaan lahan idealnya untuk 10 individu rusa diperlukan 1 ha, pakan diberikan secara cut and carry 

Model penangkaran dengan ranch membutuhkan prasarana lain:

a.    Bangunan peneduh/shelter

            Di dalam ranch harus terdapat tempat bernaung berupa pohon dan semak atau peneduh (naungan buatan) yang atapnya terbuat dari ijuk, alang-alang atau seng. Dengan luas 1 ha untuk 10 individu rusa tetap harus diberi rumput dari luar dan pakan tambahan terutama pada musim kemarau. Bila dalam ranch ketersediaan pakan cukup tidak perlu diberi rumput dari luar tetapi pakan tambahan berupa konsentrat seperti jagung dan dedak harus tetap diberikan.

            Peneduh (selter) berfungsi sebagai tempat bernaung dari hujan dan panas, dan diperlukan dalam penangkaran rusa sistem ranch, terutama bila didalam ranch tidak terdapat pohon. Atap bangunan peneduh menggunakan alang-alang atau seng.

b.  Tempat minum dan pakan

            Tempat minum dapat berupa bak yang terbuat dari bata/batako yang dilapisi semen berukuran 100 x 50 x 30 cm yang dibenamkan dalam tanah atau juga dapat berupa kolam yang dilengkapi saluran pembuangan air. Rusa memerlukan air selain untuk minum juga untuk berkubang. Tempat pakan dibuat apabila pakan dalam kandang/ranch kurang mencukupi sehingga perlu tambahan dari luar. Tempat pakan dapat berupa kotak yang terbuat dari papan atau bambu, disusun dengan rapat dengan ukuran 200 x 50 x 30 cm atau berbentuk segi 6 ukuran 50 x 75 dan tinggi 30 cm dari permukaan tanah.

c. Kandang perawatan

            Kandang perawatan adalah kandang kecil berbentuk lonjong atau berbentuk persegi dengan ukuran 10 m x 10 m yang tertutup rapat berdinding papan, beratap seng atau rumbia serta berlantai semen atau biasa disebut yard kemudian didalamnya dipasang kandang jepit. Kandang perawatan dapat digunakan untuk merawat rusa bunting, anak rusa, rusa sakit, rusa melahirkan, atau untuk memeriksa kesehatan rusa.

D. PAKAN

          Pakan merupakan salah satu faktor penting bagi peningkatan produktivitas rusa. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan membiarkan rusa merumput (grazing). Biasanya dilakukan pada penangkaran dengan model kandang berupa umbaran/ranch atau diberikan dari luar yaitu dengan pengaritan (cut and  carry). Jenis pakan yang diberikan dapat berupa hijauan (beberapa jenis rumput dan beberapa jenis legum misalnya turi, lamtoro, kacang gude, daun pilang, sayuran dan lain-lain) dan pakan tambahan dapat berupa konsentrat (dedak padi, jagung giling, ampas tahu, bungkil kelapa)  serta pakan yang murah misalnya  limbah pertanian berupa daun  dan tangkai kacang kedelai, kacang tanah, kulit jagung dan lain-lain.   

 Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan tumbuhan pakan  yang dibutuhkan dalam menangkarkan rusa sebanyak 11 ekor adalah  0,3 ha. Kebutuhan ini didekati dengan cara mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor rusa dewasa dengan jumlah rata-rata produksi pakan dalam 1 ha.

            Satu hektar areal penanaman pakan yang dikelola secara intensif dan berada pada daerah basah, akan menghasilkan 270.000 kg/ha/tahun (Reksohadiprojo, 1982). Sedangkan untuk daerah kering biasanya produksi rumputnya hanya setengahnya, areal pengembangan pakan harus dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis pakan

E. PEMELIHARAAN

1.    Teknik Pemeliharaan

          Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam memelihara rusa yaitu teknik pemberian pakan, cara pengelompokan, pemeriksaan kesehatan rusa dan pengelolaan perkembang biakan rusa.

a.    Teknik Pemberian Pakan

Makanan yang diberikan kepada rusa berupa hijauan segar dan makanan tambahan seperti dedak atau jagung. Tempat makan yang digunakan berbentuk palung berukuran panjang 1,5-2,0 m dan lebar 0,5 m atau bentuk bundar atau bentuk segi 6 berukuran diameter 50-75 cm dengan tinggi 30 cm  dari permukaan tanah.

b.   Cara Pengelompokan Rusa

            Rusa dapat dikelompokkan berdasarkan status fisiologinya, misalnya kelompok rusa yang disapih, rusa bunting, melahirkan dan menyusui, rusa jantan siap kawin, rusa betina siap kawin, dan sebagainya. Pengelompokan rusa dimaksudkan untuk pengaturan pemberian pakan dan perkawinan, menjaga rusa jantan agar tidak mengganggu rusa lain, menjaga ketenangan induk melahirkan dan merawat anak dan memudahkan dalam merawat dan mengobati rusa sakit.

c.    Pemeriksaan Kesehatan Rusa

            Pemeriksaan kesehatan dilakukan rutin minimal setahun sekali terutama saat musim hujan. Menurut beberapa pengalaman penyakit yang sering menyerang adalah pneumonia (radang paru-paru) akibat dari kandang yang becek dan basah,  infeksi cacing dan stress. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan oleh ahli medis


d.      Pengelolaan Perkembang Biakan
             Perlu diketahui rusa melakukan perkawinan secara alami hampir sepanjang tahun. Waktu yang pasti masih dilakukan penelitian, akan tetapi ada yang menyebutkan biasa terjadi pada bulan Januari-Februari. Untuk mengetahui rusa siap kawin dapat dilihat dari ciri-ciri fisiologinya. Rusa jantan dapat diperlihatkan pada saat ranggah (tanduk) mulai tumbuh dimana kualitas dan kuantitas sperma yang paling baik yaitu saat ranggah keras, selain itu adalah kebiasaan rusa berkubang, meraung-raung, dan suka menanduk. Sedangkan   rusa betina dilihat dari nafsu makan yang berkurang, tidak tenang, sering kencing, mencium dan menjilati kelamin jantan, vulva terlihat bengkak berwarna merah dan hangat bila dipegang serta berdiri tenang apabila dinaiki pejantan. Ketika melihat ciri-ciri tersebut  sebaiknya rusa dipisah dan dikelompokkan di tempat tersendiri. Selain secara alami, perkawinan dapat dilakukan dengan bantuan teknologi reproduksi antara lain dengan inseminasi buatan, invitro/pembuahan diluar kelamin betina, sinkronisasi dan transfer embrio. 

F. PENUTUP

          Hal penting harus diperhatikan dalam menangkar rusa adalah tetap berkoordinasi dengan petugas dari BKSDA propinsi. Karena rusa merupakan satwa yang dilindungi. Bila penangkaran rusa telah mencapai 300 ekor dengan campuran jenis, dapat mengajukan ijin peternakan dan berkoordinasi dengan dinas peternakan propinsi setempat . 


DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1983. Pelestarian satwa liar. Prossiding Seminar   satwaliar. Pusat penelitian Dan pengembangan Peternakan. Bogor.
2. Bailey, J.A., 1984. Principles of Wildlife Management. John  wiley        Wiley & Sons. Inc.    Canada.
3. Garsetiasih, R. 2000. Bioekologi Rusa Timor dan Peluang Pengembangan Budidayanya. Buletin Kehutanan dan Perkebunan 1(1) : 21-32
4. Garsetiasih, R. 2006. Survei Harga Rusa dan Produksi yang dihasilkannya. Data Pribadi.
5. Mukhtar, AS. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis) dalam Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3 Institut Pertanian Bogor, Bogor.
6. Mukhtar, AS., dan E. Suita 2002. Kebutuhan Daging Rusa di Beberapa Restoran Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. Pusat Studi Ilmu Hayati, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
7. Semiadi, G. 2002. Potensi Industri Peternakan Rusa Tropik dan Non Tropik. Prosiding Seminar