KATA PENGANTAR
Rusa (cervus
timoensis) merupakan satwa liar yang memiliki nilai ekonomis karena dapat
menghasilkan daging, kulit dan velvet (tanduk muda). Populasi rusa di alam
mengalami penurunan karena perburuan liar dan rusaknya habitat. Untuk menghindari
kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan
perlu dilakukan penangkaran. Penangkaran rusa dapat dilakukan dalam skala kecil
dengan menggunakan beberapa model kandang, seperti lahan kambing untuk
masyarakat yang lahannya terbatas.
Untuk penangkaran skala besar dapat dilakukan
dengan sistem ranch, yaitu rusa dilepas pada areal terbuka yang sekelilingnya
dipagari. Sistem ranch luas minimalnya 1 ha dengan jumlah rusa sebanyak 10
individu. Penangkaran rusa mempunyai prospek yang sangat bagus karena rusa mempunyai tingkat produksi dan
reproduksi yang lebih baik dibanding ruminansia lainnya. Dalam pembangunan
penangkaran perlu diperhatikan beberapa komponen seperti kandang, pakan, air
dan naungan dengan penataan yang baik.
Brosur ini berisi potensi
penangkaran rusa di Kabupaten Seruyan yang diharapkan mampu sebagai pedoman bagi
penyuluh dan petani di lapangan.
Kuala
Pembuang, Agustus 2011
HALIMATUSSAADIYAH.,SPT
A. PENDAHULUAN
Rusa (Cervus
temorensis) di Indonesia memiliki peluang untuk dibudidayakan terdiri dari
beberapa jenis yaitu cervus timorensis
yang terdiri dari delapan sub species dan Cervus
unicolor terdiri dari dari dua sub species serta axis-axis (rusa totol),
yaitu jenis rusa yang berasal dari luar Indonesia tepatnya dari India dan sekarang
berkembang biak diIstana Bogor.
Satwa rusa dapat dijadikan alternatif dalam
peningkatan pendapatan khususnya masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan
penangkaran atau budidaya, karena produk yang dihasilkan rusa semuanya memiliki
nilai ekonomi dan pasar bagi produk yang dihasilkan juga tersedia. Rusa
mempunyai nilai estetika karena tanduknya bercabang sehingga dapat dijadikan
satwa peliharaan untuk kesenangan dan sebagai satwa pajangan dalam taman
terutama rusa totol.
Status rusa di Indonesia hingga saat ini masih
merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang. Hal ini disebabkan
karena populasi rusa di alam semakin menurun sebagai akibat adanya perburuan
liar untuk berbagai kepentingan, karena selama ini pemenuhan kebutuhan satwa
termasuk rusa masih dilakukan dengan cara menangkapnya dari alam. Selain itu disebabkan
oleh rusaknya habitat karena eksploitasi hutan yang berlebihan. Dalam rangka
menyelamatkan populasi rusa dari kepunahan perlu dilakukan usaha penangkaran
dengan tujuan untuk memanfaatkan secara lestari baik sebagai satwa konsumsi,
obyek wisata maupun satwa percobaan.
B. MODEL
PENANGKARAN
Hal teknis utama yang perlu diperhatikan dalam membangun penangkaran rusa
adalah pemilihan lokasi. Lingkungan penangkaran sebaiknya tenang, aman dari
serangan predator, dan mudah dijangkau. Lokasi penangkaran sebaiknya tersedia
air sepanjang tahun, untuk mencegah rusa mengalami setress terutama apabila
rusa tersebut masih tergolong liar. Lokasi juga sebaiknya mempunyai kondisi
permukaan tanah yang tidak berbatu dengan topografi rata sampai bergelombang
ringan, serta tersedia pohon/semak peneduh atau tempat berteduh buatan. Lebih
baik lagi jika disekitarnya terdapat lapangan rumput atau terdapat areal sumber
pakannya.
C. KANDANG
Kandang merupakan sarana yang
penting untuk penangkaran rusa. Kandang berfungsi sebagai
tempat beristirahat (tidur) berlindung dari gangguan binatang buas dan hujan
serta sebagai tempat umbaran Selain itu kandang juga dapat mempermudah pengawasan kesehatan
ternak terutama untuk melakukan vaksinasi secara teratur.
Model kandang penangkaran yang digunakan antara lain dapat berupa:
1. Kandang
biasa
Penangkaran rusa dapat menggunakan beberapa model
kandang biasa. Bila lahan terbatas digunakan kandang model panggung, ukuran
kandang untuk satu individu 1,5 m x 2 m x 2,5 m, untuk satu pasang dikalikan
dua. Dinding dan lantai dapat
menggunakan bahan dari bambu dan atap alang-alang (Gambar 2). Sistem
pemeliharaan dengan model kandang panggung digunakan untuk penangkaran atau
budidaya skala kecil
2.
Kandang Permanen
Dinding menggunakan batako atau bata dengan tinggi
1,5 m yang diatasnya dipasang kawat harmoni dan kawat duri setinggi 1,5 m serta
lantai dibiarkan berupa tanah urug. Luasan total kandang disesuaikan dengan
luas lahan, biasanya di bawah 1 ha, dan dapat digunakan untuk rusa dengan
jumlah maksimal 10 ekor.
3. Padang
umbaran (Ranch)
Jika lahan, dana dan tenaga memungkinkan
penangkaran dapat menggunakan sistem ranch (Gambar 3), yaitu rusa dilepas dalam
areal terbuka yang disekelilingnya dipagari, luas areal tergantung ketersediaan
lahan idealnya untuk 10 individu rusa diperlukan 1 ha, pakan diberikan secara
cut and carry
Model
penangkaran dengan ranch membutuhkan prasarana lain:
a. Bangunan
peneduh/shelter
Di dalam ranch harus
terdapat tempat bernaung berupa pohon dan semak atau peneduh (naungan buatan)
yang atapnya terbuat dari ijuk, alang-alang atau seng. Dengan luas 1 ha untuk
10 individu rusa tetap harus diberi rumput dari luar dan pakan tambahan terutama
pada musim kemarau. Bila dalam ranch ketersediaan pakan cukup tidak perlu
diberi rumput dari luar tetapi pakan tambahan berupa konsentrat seperti jagung
dan dedak harus tetap diberikan.
Peneduh (selter) berfungsi sebagai tempat
bernaung dari hujan dan panas, dan diperlukan dalam penangkaran rusa sistem
ranch, terutama bila didalam ranch tidak terdapat pohon. Atap bangunan peneduh
menggunakan alang-alang atau seng.
b. Tempat
minum dan pakan
Tempat
minum dapat berupa bak yang terbuat dari bata/batako yang dilapisi semen
berukuran 100 x 50 x 30 cm yang dibenamkan dalam tanah atau juga dapat berupa
kolam yang dilengkapi saluran pembuangan air. Rusa memerlukan air selain untuk
minum juga untuk berkubang. Tempat pakan dibuat apabila pakan dalam
kandang/ranch kurang mencukupi sehingga perlu tambahan dari luar. Tempat pakan
dapat berupa kotak yang terbuat dari papan atau bambu, disusun dengan rapat
dengan ukuran 200 x 50 x 30 cm atau berbentuk segi 6 ukuran 50 x 75 dan tinggi
30 cm dari permukaan tanah.
c. Kandang
perawatan
Kandang
perawatan adalah kandang kecil berbentuk lonjong atau berbentuk persegi dengan
ukuran 10 m x 10 m yang tertutup rapat berdinding papan, beratap seng atau
rumbia serta berlantai semen atau biasa disebut yard kemudian didalamnya
dipasang kandang jepit. Kandang perawatan dapat digunakan untuk merawat rusa
bunting, anak rusa, rusa sakit, rusa melahirkan, atau untuk memeriksa kesehatan
rusa.
D. PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting bagi
peningkatan produktivitas rusa. Pemberian
pakan dapat dilakukan dengan membiarkan rusa merumput (grazing). Biasanya
dilakukan pada penangkaran dengan model kandang berupa umbaran/ranch atau
diberikan dari luar yaitu dengan pengaritan (cut and carry). Jenis pakan yang diberikan dapat
berupa hijauan (beberapa jenis rumput dan beberapa jenis legum misalnya turi,
lamtoro, kacang gude, daun pilang, sayuran dan lain-lain) dan pakan tambahan
dapat berupa konsentrat (dedak padi, jagung giling, ampas tahu, bungkil
kelapa) serta pakan yang murah
misalnya limbah pertanian berupa
daun dan tangkai kacang kedelai, kacang
tanah, kulit jagung dan lain-lain.
Luas lahan
yang digunakan untuk pengembangan tumbuhan pakan yang dibutuhkan dalam menangkarkan rusa
sebanyak 11 ekor adalah 0,3 ha.
Kebutuhan ini didekati dengan cara mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
seekor rusa dewasa dengan jumlah rata-rata produksi pakan dalam 1 ha.
Satu hektar areal
penanaman pakan yang dikelola secara intensif dan berada pada daerah basah,
akan menghasilkan 270.000 kg/ha/tahun (Reksohadiprojo, 1982). Sedangkan untuk
daerah kering biasanya produksi rumputnya hanya setengahnya, areal pengembangan
pakan harus dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis
pakan
E. PEMELIHARAAN
1.
Teknik Pemeliharaan
Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam memelihara rusa yaitu
teknik pemberian pakan, cara pengelompokan, pemeriksaan kesehatan rusa dan
pengelolaan perkembang biakan rusa.
a. Teknik
Pemberian Pakan
Makanan yang diberikan kepada rusa berupa hijauan
segar dan makanan tambahan seperti dedak atau jagung. Tempat makan yang
digunakan berbentuk palung berukuran panjang 1,5-2,0 m dan lebar 0,5 m atau
bentuk bundar atau bentuk segi 6 berukuran diameter 50-75 cm dengan tinggi 30
cm dari permukaan tanah.
b.
Cara Pengelompokan Rusa
Rusa dapat dikelompokkan
berdasarkan status fisiologinya, misalnya kelompok rusa yang disapih, rusa
bunting, melahirkan dan menyusui, rusa jantan siap kawin, rusa betina siap
kawin, dan sebagainya. Pengelompokan rusa dimaksudkan untuk pengaturan
pemberian pakan dan perkawinan, menjaga rusa jantan agar tidak mengganggu rusa
lain, menjaga ketenangan induk melahirkan dan merawat anak dan memudahkan dalam
merawat dan mengobati rusa sakit.
c. Pemeriksaan
Kesehatan Rusa
Pemeriksaan kesehatan
dilakukan rutin minimal setahun sekali terutama saat musim hujan. Menurut
beberapa pengalaman penyakit yang sering menyerang adalah pneumonia (radang
paru-paru) akibat dari kandang yang becek dan basah, infeksi cacing dan stress. Pemeriksaan
kesehatan sebaiknya dilakukan oleh ahli medis
d. Pengelolaan
Perkembang Biakan
Perlu diketahui rusa melakukan perkawinan
secara alami hampir sepanjang tahun. Waktu yang pasti masih dilakukan
penelitian, akan tetapi ada yang menyebutkan biasa terjadi pada bulan Januari-Februari.
Untuk mengetahui rusa siap kawin dapat dilihat dari ciri-ciri fisiologinya.
Rusa jantan dapat diperlihatkan pada saat ranggah (tanduk) mulai tumbuh dimana
kualitas dan kuantitas sperma yang paling baik yaitu saat ranggah keras, selain
itu adalah kebiasaan rusa berkubang, meraung-raung, dan suka menanduk. Sedangkan rusa
betina dilihat dari nafsu makan yang berkurang, tidak tenang, sering kencing,
mencium dan menjilati kelamin jantan, vulva terlihat bengkak berwarna merah dan
hangat bila dipegang serta berdiri tenang apabila dinaiki pejantan. Ketika
melihat ciri-ciri tersebut sebaiknya
rusa dipisah dan dikelompokkan di tempat tersendiri. Selain secara alami,
perkawinan dapat dilakukan dengan bantuan teknologi reproduksi antara lain
dengan inseminasi buatan, invitro/pembuahan diluar kelamin betina, sinkronisasi
dan transfer embrio.
F. PENUTUP
Hal penting harus diperhatikan dalam
menangkar rusa adalah tetap berkoordinasi dengan petugas dari BKSDA propinsi.
Karena rusa merupakan satwa yang dilindungi. Bila penangkaran rusa telah
mencapai 300 ekor dengan campuran jenis, dapat mengajukan ijin peternakan dan berkoordinasi
dengan dinas peternakan propinsi setempat .
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonim, 1983. Pelestarian satwa liar.
Prossiding Seminar satwaliar. Pusat
penelitian Dan pengembangan Peternakan. Bogor.
2.
Bailey, J.A., 1984. Principles of Wildlife Management. John wiley Wiley &
Sons. Inc. Canada.
3.
Garsetiasih, R. 2000. Bioekologi Rusa Timor dan Peluang Pengembangan Budidayanya.
Buletin Kehutanan dan Perkebunan 1(1) : 21-32
4.
Garsetiasih, R. 2006. Survei Harga Rusa dan Produksi yang dihasilkannya. Data Pribadi.
5.
Mukhtar, AS. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis)
dalam Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3 Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
6.
Mukhtar, AS., dan E. Suita 2002. Kebutuhan Daging Rusa di Beberapa Restoran Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. Pusat Studi Ilmu
Hayati, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
7.
Semiadi, G. 2002. Potensi Industri Peternakan Rusa Tropik dan Non Tropik. Prosiding
Seminar